Apa itu Skripsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi
diartikan sebagai karangan ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari
persyaratan pendidikan akademis. Buat sebagian mahasiswa, skripsi adalah
sesuatu yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa yang lain, skripsi bisa
jadi momok yang terus menghantui dan menjadi mimpi buruk. Banyak juga yang
berujar "lebih baik sakit gigi daripada bikin skripsi".
skripsi adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai
bagian untuk mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi inilah yang juga menjadi
salah satu pembeda antara jenjang pendidikan sarjana (S1) dan diploma (D3).
Ada beberapa syarat yang musti dipenuhi sebelum seorang
mahasiswa bisa menulis skripsi. Tiap universitas/fakultas memang mempunyai
kebijakan tersendiri, tetapi umumnya persyaratan yang harus dipenuhi hampir
sama. Misalnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah SKS, tidak boleh ada
nilai D atau E, IP Kumulatif semester tersebut minimal 2.00, dan seterusnya.
Anda mungkin saat ini belum "berhak" untuk menulis skripsi, akan
tetapi tidak ada salahnya untuk mempersiapkan segalanya sejak awal.
Skripsi tersebut akan ditulis dan direvisi hingga mendapat
persetujuan dosen pembimbing. Setelah itu, Anda harus mempertahankan skripsi
Anda di hadapan penguji dalam ujian skripsi nantinya. Nilai Anda bisa
bervariasi, dan terkadang, bisa saja Anda harus mengulang skripsi Anda (tidak
lulus).
Skripsi juga berbeda dari tesis (S2) dan disertasi (S3).
Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang diharuskan untuk menemukan dan
menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa
bisa menemukan teori baru atau memverikasi teori yang sudah ada dan menjelaskan
dengan teori yang sudah ada. Sementara untuk mahasiswa S1, skripsi adalah
"belajar meneliti".
Jadi, skripsi memang perlu disiapkan secara serius. Akan
tetapi, juga nggak perlu disikapi sebagai mimpi buruk atau beban yang maha
berat.
Miskonsepsi tentang Skripsi
Banyak mahasiswa yang merasa bahwa skripsi hanya
"ditujukan" untuk mahasiswa-mahasiswa dengan kecerdasan di atas
rata-rata. Menurut saya pribadi, penulisan skripsi adalah kombinasi antara
kemauan, kerja keras, dan relationships yang baik. Kesuksesan dalam menulis
skripsi tidak selalu sejalan dengan tingkat kepintaran atau tinggi/rendahnya
IPK mahasiswa yang bersangkutan. Seringkali terjadi mahasiswa dengan kecerdasan
rata-rata air lebih cepat menyelesaikan skripsinya daripada mahasiswa yang di
atas rata-rata.
Masalah yang juga sering terjadi adalah seringkali mahasiswa
datang berbicara ngalor ngidul dan membawa topik skripsi yang terlalu muluk.
Padahal, untuk tataran mahasiswa S1, skripsi sejatinya adalah belajar melakukan
penelitian dan menyusun laporan menurut kaidah keilmiahan yang baku. Skripsi
bukan untuk menemukan teori baru atau memberikan kontribusi ilmiah. Karenanya,
untuk mahasiswa S1 sebenarnya replikasi adalah sudah cukup.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa
penelitian, secara umum, terbagi dalam dua pendekatan yang berbeda: pendekatan
saintifik dan pendekatan naturalis. Pendekatan saintifik (scientific approach)
biasanya mempunyai struktur teori yang jelas, ada pengujian kuantitif
(statistik), dan juga menolak grounded theory. Sebaliknya, pendekatan naturalis
(naturalist approach) umumnya tidak menggunakan struktur karena bertujuan untuk
menemukan teori, hipotesis dijelaskan hanya secara implisit, lebih banyak
menggunakan metode eksploratori, dan sejalan dengan grounded theory.
Mana yang lebih baik antara kedua pendekatan tersebut? Sama
saja. Pendekatan satu dengan pendekatan lain bersifat saling melengkapi satu
sama lain (komplementer). Jadi, tidak perlu minder jika Anda mengacu pada
pendekatan yang satu, sementara teman Anda menggunakan pendekatan yang lain.
Juga, tidak perlu kuatir jika menggunakan pendekatan tertentu akan menghasilkan
nilai yang lebih baik/buruk daripada menggunakan pendekatan yang lain.
Kiat Memilih Dosen Pembimbing
Dosen pembimbing (academic advisor) adalah vital karena
nasib Anda benar-benar berada di tangannya. Memang benar bahwa dosen pembimbing
bertugas mendampingi Anda selama penulisan skripsi. Akan tetapi, pada
prakteknya ada dosen pembimbing yang "benar-benar membimbing" skripsi
Anda dengan intens. Ada pula yang membimbing Anda dengan "melepas"
dan memberi Anda kebebasan. Mempelajari dan menyesuaikan diri dengan dosen
pembimbing adalah salah satu elemen penting yang mendukung kesuksesan Anda
dalam menyusun skripsi.
Tiap universitas/fakultas mempunyai kebijakan tersendiri
soal dosen pembimbing ini. Anda bisa memilih sendiri dosen pembimbing yang Anda
inginkan. Tapi ada juga universitas/fakultas yang memilihkan dosen pembimbing
buat Anda. Tentu saja lebih "enak" kalau Anda bisa memilih sendiri
dosen pembimbing untuk skripsi Anda.
Lalu, bagaimana memilih dosen pembimbing yang benar-benar
tepat?
Secara garis besar, dosen bisa dikategorikan sebagai: (1)
Dosen senior, dan (2) Dosen junior. Dosen senior umumnya berusia di atas 40-an
tahun, setidaknya bergelar doktor (atau professor), dengan jam terbang yang
cukup tinggi. Sebaliknya, dosen junior biasanya berusia di bawah 40 tahun,
umumnya masih bergelar master, dan masih gampang dijumpai di lingkungan kampus.
Tentu saja, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Sebagai contoh, kalau Anda memilih dosen pembimbing senior,
biasanya Anda akan mengalami kesulitan sebagai berikut:
Proses bimbingan cukup sulit, karena umumnya dosen senior
sangat perfeksionis.
Anda akan kesulitan untuk bertemu muka karena umumnya dosen
senior memiliki jam terbang tinggi dan jadwal yang sangat padat.
Tapi, keuntungannya:
Kualitas skripsi Anda, secara umum, akan lebih memukau
daripada rekan Anda.
Anda akan "tertolong" saat ujian
skripsi/pendadaran, karena dosen penguji lain (yang kemungkinan masih
junior/baru bergelar master) akan merasa sungkan untuk "membantai"
Anda.
Dalam beberapa kasus, bisa dipastikan Anda akan mendapat
nilai A.
Sebaliknya, kalau Anda memilih dosen pembimbing junior, maka
Anda akan lebih mudah selama proses bimbingan. Dosen Anda akan mudah dijumpai
di lingkungan kampus karena jam terbangnya belum terlalu tinggi. Dosen muda
umumnya juga tidak "jaim" dan "tidak sok" kepada mahasiswanya.
Tapi, kerugiannya, Anda akan agak "sendirian"
ketika menghadapi ujian skripsi. Kalau dosen penguji lain lebih senior daripada
dosen pembimbing Anda, bisa dipastikan Anda akan "dihajar" cukup
telak. Dan dosen pembimbing Anda tidak berada dalam posisi yang bisa
membantu/membela Anda.
Jadi, hati-hati juga dalam memilih dosen pembimbing.
Tahap-tahap Persiapan dalam menyusun skripsi
Kalau Anda beruntung, bisa saja dosen pembimbing sudah
memiliki topik dan menawarkan judul skripsi ke Anda. Biasanya, dalam hal ini
dosen pembimbing sedang terlibat dalam proyek penelitian dan Anda akan
"ditarik" masuk ke dalamnya. Kalau sudah begini, penulisan skripsi
jauh lebih mudah dan (dijamin) lancar karena segalanya akan dibantu dan
disiapkan oleh dosen pembimbing.
Sayangnya, kebanyakan mahasiswa tidak memiliki keberuntungan
semacam itu. Mayoritas mahasiswa, seperti ditulis sebelumnya, harus bersikap
proaktif sedari awal. Jadi, persiapan sedari awal adalah sesuatu yang mutlak
diperlukan.
Idealnya, skripsi disiapkan satu-dua semester sebelum waktu
terjadwal. Satu semester tersebut bisa dilakukan untuk mencari referensi,
mengumpulkan bahan, memilih topik dan alternatif topik, hingga menyusun
proposal dan melakukan bimbingan informal.
Dalam mencari referensi/bahan acuan, pilih jurnal/paper yang
mengandung unsur kekinian dan diterbitkan oleh jurnal yang terakreditasi.
Jurnal-jurnal top berbahasa asing juga bisa menjadi pilihan. Kalau Anda
mereplikasi jurnal/paper yang berkelas, maka bisa dipastikan skripsi Anda pun akan
cukup berkualitas.
Unsur kekinian juga perlu diperhatikan. Pertama, topik-topik
baru lebih disukai dan lebih menarik, bahkan bagi dosen pembimbing/penguji.
Kalau Anda mereplikasi topik-topik lawas, penguji biasanya sudah "hafal di
luar kepala" sehingga akan sangat mudah untuk menjatuhkan Anda pada ujian
skripsi nantinya.
Kedua, jurnal/paper yang terbit dalam waktu 10 tahun
terakhir, biasanya mengacu pada referensi yang terbit 5-10 tahun sebelumnya.
Percayalah bahwa mencari dan menelusur referensi yang terbit tahun sepuluh-dua
puluh tahun terakhir jauh lebih mudah daripada melacak referensi yang bertahun
1970-1980.
Salah satu tahap persiapan yang penting adalah penulisan
proposal. Tentu saja proposal tidak selalu harus ditulis secara
"baku". Bisa saja ditulis secara garis besar (pointer) saja untuk
direvisi kemudian. Proposal ini akan menjadi guidance Anda selama penulisan
skripsi agar tidak terlalu keluar jalur nantinya. Proposal juga bisa menjadi
alat bantu yang akan digunakan ketika Anda mengajukan topik/judul kepada dosen
pembimbing Anda. Proposal yang bagus bisa menjadi indikator yang baik bahwa
Anda adalah mahasiswa yang serius dan benar-benar berkomitmen untuk
menyelesaikan skripsi dengan baik.
Hal-hal yang Perlu Dilakukan dalam menyusun skripsi
Siapkan Diri. Hal pertama yang wajib dilakukan adalah
persiapan dari diri Anda sendiri. Niatkan kepada Tuhan bahwa Anda ingin menulis
skripsi. Persiapkan segalanya dengan baik. Lakukan dengan penuh kesungguhan dan
harus ada kesediaan untuk menghadapi tantangan/hambatan seberat apapun.
Minta Doa Restu. Saya percaya bahwa doa restu orang tua
adalah tiada duanya. Kalau Anda tinggal bersama orang tua, mintalah pengertian
kepada mereka dan anggota keluarga lainnya bahwa selama beberapa waktu ke depan
Anda akan konsentrasi untuk menulis skripsi. Kalau Anda tinggal di kos, minta
pengertian dengan teman-teman lain. Jangan lupa juga untuk membuat komitmen
dengan pacar. Berantem dengan pacar (walau sepele) bisa menjatuhkan semangat
untuk menyelesaikan skripsi.
Buat Time Table. Ini penting agar penulisan skripsi tidak
telalu time-consuming. Buat planning yang jelas mengenai kapan Anda mencari
referensi, kapan Anda harus mendapatkan judul, kapan Anda melakukan bimbingan/konsultasi,
juga target waktu kapan skripsi harus sudah benar-benar selesai.
Berdayakan Internet. Internet memang membuat kita lebih
produktif. Manfaatkan untuk mencari referensi secara cepat dan tepat untuk
mendukung skripsi Anda. Bahan-bahan aktual bisa ditemukan lewat Google Scholar
atau melalui provider-provider komersial seperti EBSCO atau ProQuest.
Jadilah Proaktif. Dosen pembimbing memang
"bertugas" membimbing Anda. Akan tetapi, Anda tidak selalu bisa
menggantungkan segalanya pada dosen pembimbing. Selalu bersikaplah proaktif.
Mulai dari mencari topik, mengumpulkan bahan, "mengejar" untuk
bimbingan, dan seterusnya.
Be Flexible. Skripsi mempunyai tingkat
"ketidakpastian" tinggi. Bisa saja skripsi anda sudah setengah jalan
tetapi dosen pembimbing meminta Anda untuk mengganti topik. Tidak jarang dosen
Anda tiba-tiba membatalkan janji untuk bimbingan pada waktu yang sudah
disepakati sebelumnya. Terkadang Anda merasa bahwa kesimpulan/penelitian Anda
sudah benar, tetapi dosen Anda merasa sebaliknya. Jadi, tetaplah fleksibel dan
tidak usah merasa sakit hati dengan hal-hal yang demikian itu.
Jujur. Sebaiknya jangan menggunakan jasa "pihak
ketiga" yang akan membantu membuatkan skripsi untuk Anda atau menolong
dalam mengolah data. Skripsi adalah buah tangan Anda sendiri. Kalau dalam
perjalanannya Anda benar-benar tidak tahu atau menghadapi kesulitan besar,
sampaikan saja kepada dosen pembimbing Anda. Kalau disampaikan dengan tulus,
pastilah dengan senang hati ia akan membantu Anda.
Siapkan Duit. Skripsi jelas menghabiskan dana yang cukup
lumayan (dengan asumsi tidak ada sponsorships). Mulai dari akses internet,
biaya cetak mencetak, ongkos kirim kuesioner, ongkos untuk membeli suvenir bagi
responden penelitian, biaya transportasi menuju tempat responden, dan
sebagainya. Jangan sampai penulisan skripsi macet hanya karena kehabisan dana.
Ironis kan?
Format Skripsi yang Benar
Biasanya, setiap fakultas/universitas sudah menerbitkan
acuan/pedoman penulisan hasil penelitian yang baku. Mulai dari penyusunan konten,
tebal halaman, jenis kertas dan sampul, hingga ukuran/jenis huruf dan spasi
yang digunakan. Akan tetapi, secara umum format hasil penelitian dibagi ke
dalam beberapa bagian sebagai berikut.
Pendahuluan. Bagian pertama ini menjelaskan tentang isu penelitian,
motivasi yang melandasi penelitian tersebut dilakukan, tujuan yang diharapkan
dapat tercapai melalui penelitian ini, dan kontribusi yang akan diberikan dari
penelitian ini.
Pengkajian Teori & Pengembangan Hipotesis. Setelah latar
belakang penelitian dipaparkan jelas di bab pertama, kemudian dilanjutkan
dengan kaji teori dan pengembangan hipotesis. Pastikan bahwa bagian ini align
juga dengan bagian sebelumnya. Mengingat banyak juga mahasiswa yang “gagal”
menyusun alignment ini. Akibatnya, skripsinya terasa kurang make sense dan
nggak nyambung.
Metodologi Penelitian. Berisi penjelasan tentang data yang
digunakan, pemodelan empiris yang dipakai, tipe dan rancangan sampel, bagaimana
menyeleksi data dan karakter data yang digunakan, model penelitian yang diacu,
dan sebagainya.
Hasil Penelitian. Bagian ini memaparkan hasil pengujian
hipotesis, biasanya meliputi hasil pengolahan secara statistik, pengujian
validitas dan reliabilitas, dan diterima/tidaknya hipotesis yang diajukan.
Penutup. Berisi ringkasan, simpulan, diskusi, keterbatasan,
dan saran. Hasil penelitian harus disarikan dan didiskusikan mengapa hasil yang
diperoleh begini dan begitu. Anda juga harus menyimpulkan keberhasilan tujuan
riset yang dapat dicapai, manakah hipotesis yang didukung/ditolak, keterbatasan
apa saja yang mengganggu, juga saran-saran untuk penelitian mendatang akibat
dari keterbatasan yang dijumpai pada penelitian ini.
Jangan lupa untuk melakukan proof-reading dan peer-review.
Proof-reading dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan tulis (typo)
maupun ketidaksesuaian tata letak penulisan skripsi. Peer-review dilakukan
untuk mendapatkan second opinion dari pihak lain yang kompeten. Bisa melalui
dosen yang Anda kenal baik (meski bukan dosen pembimbing Anda), kakak
kelas/senior Anda, teman-teman Anda yang dirasa kompeten, atau keluarga/orang
tua (apabila latar belakang pendidikannya serupa dengan Anda).
Beberapa Kesalahan Pemula dalam membuat Skripsi
Ketidakjelasan Isu. Isu adalah titik awal sebelum melakukan
penelitian. Isu seharusnya singkat, jelas, padat, dan mudah dipahami. Isu harus
menjelaskan tentang permasalahan, peluang, dan fenomena yang diuji. Faktanya,
banyak mahasiswa yang menuliskan isu (atau latar belakang) berlembar-lembar,
tetapi sama sekali sulit untuk dipahami.
Tujuan Riset & Tujuan Periset. Tidak jarang mahasiswa
menulis “sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan” sebagai
tujuan risetnya. Hal ini adalah kesalahan fatal. Tujuan riset adalah menguji,
mengobservasi, atau meneliti fenomena dan permasalahan yang terjadi, bukan
untuk mendapatkan gelar S1.
Bab I : Bagian Terpenting. Banyak mahasiswa yang mengira
bahwa bagian terpenting dari sebuah skripsi adalah bagian pengujian hipotesis.
Banyak yang menderita sindrom ketakutan jika nantinya hipotesis yang diajukan
ternyata salah atau ditolak. Padahal, menurut saya, bagian terpenting skripsi
adalah Bab I. Logikanya, kalau isu, motivasi, tujuan, dan kontribusi riset bisa
dijelaskan secara runtut, biasanya bab-bab berikutnya akan mengikuti dengan
sendirinya. (baca juga: Joint Hypotheses)
Padding. Ini adalah fenomena yang sangat sering terjadi.
Banyak mahasiswa yang menuliskan terlalu banyak sumber acuan dalam daftar
pustaka, walaupun sebenarnya mahasiswa yang bersangkutan hanya menggunakan
satu-dua sumber saja. Sebaliknya, banyak juga mahasiswa yang menggunakan
beragam acuan dalam skripsinya, tetapi ketika ditelusur ternyata tidak
ditemukan dalam daftar acuan.
Joint Hypotheses. Menurut pendekatan saintifik, pengujian
hipotesis adalah kombinasi antara fenomena yang diuji dan metode yang
digunakan. Dalam melakukan penelitian ingatlah selalu bahwa fenomena yang diuji
adalah sesuatu yang menarik dan memungkinkan untuk diuji. Begitu pula dengan
metode yang digunakan, haruslah metode yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kalau keduanya terpenuhi, yakinlah bahwa
skripsi Anda akan outstanding. Sebaliknya, kalau Anda gagal memenuhi salah satu
(atau keduanya), bersiaplah untuk dibantai dan dicecar habis-habisan.
Keterbatasan & Kemalasan. Mahasiswa sering tidak bisa
membedakan antara keterbatasan riset dan “kemalasan riset”. Keterbatasan adalah
sesuatu hal yang terpaksa tidak dapat terpenuhi (atau tidak dapat dilakukan)
karena situasi dan kondisi yang ada. Bukan karena kemalasan periset, ketiadaan
dana, atau sempitnya waktu.
Kontribusi Riset. Ini penting (terutama) jika penelitian
Anda ditujukan untuk menarik sponsor atau dibiayai dengan dana pihak sponsor.
Kontribusi riset selayaknya dijelaskan dengan lugas dan gamblang, termasuk
pihak mana saja yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini, apa
korelasinya dengan penelitian yang sedang dilakukan, dan seterusnya. Kegagalan
dalam menjelaskan kontribusi riset akan berujung pada kegagalan mendapatkan
dana sponsor.
Menghadapi Ujian Skripsi
Benar. Banyak mahasiswa yang benar-benar takut menghadapi
ujian skripsi (oral examination). Terlebih lagi, banyak mahasiswa terpilih yang
jenius tetapi ternyata gagal dalam menghadapi ujian pendadaran. Di dalam ruang
ujian sendiri tidak jarang mahasiswa mengalami ketakutan, grogi, gemetar,
berkeringat, yang pada akhirnya menggagalkan ujian yang harus dihadapi.
Setelah menulis skripsi, Anda memang harus mempertahankannya
di hadapan dewan penguji. Biasanya dewan penguji terdiri dari satu ketua
penguji dan beberapa anggota penguji. Lulus tidaknya Anda dan berapa nilai yang
akan Anda peroleh adalah akumulasi dari skor yang diberikan oleh masing-masing
penguji. Tiap penguji secara bergantian (terkadang juga keroyokan) akan
menanyai Anda tentang skripsi yang sudah Anda buat. Waktu yang diberikan
biasanya berkisar antara 30 menit hingga 1 jam.
Ujian skripsi kadang diikuti juga dengan ujian komprehensif
yang akan menguji sejauh mana pemahaman Anda akan bidang yang selama ini Anda
pelajari. Tentu saja tidak semua mata kuliah diujikan, melainkan hanya mata
kuliah inti (core courses) saja dengan beberapa pertanyaan yang spesifik, baik
konseptual maupun teknis.
Grogi, cemas, kuatir itu wajar dan manusiawi. Akan tetapi,
ujian skripsi sebaiknya tidak perlu disikapi sebagai sesuatu yang terlalu
menakutkan. Ujian skripsi adalah "konfirmasi" atas apa yang sudah
Anda lakukan. Kalau Anda melakukan sendiri penelitian Anda, tahu betul apa yang
Anda lakukan, dan tidak grogi di ruang ujian, bisa dipastikan Anda akan perform
well.
Cara terbaik untuk menghadapi ujian skripsi adalah Anda
harus tahu betul apa yang Anda lakukan dan apa yang Anda teliti. Siapkan untuk
melakukan presentasi. Akan tetapi, tidak perlu Anda paparkan semuanya secara
lengkap. Buatlah “lubang jebakan” agar penguji nantinya akan menanyakan pada
titik tersebut. Tentu saja, Anda harus siapkan jawabannya dengan baik. Dengan
begitu Anda akan tampak outstanding di hadapan dewan penguji.
Juga, ada baiknya beberapa malam sebelum ujian, digiatkan
untuk berdoa atau menjalankan sholat tahajud di malam hari. Klise memang. Tapi
benar-benar sangat membantu.
Jujur saja, saya (dulu) menyelesaikan skripsi dalam tempo 4
minggu tanpa ada kendala dan kesulitan yang berarti. Dosen pembimbing saya
adalah seorang professor dengan jam terbang sangat tinggi. Selama berada dalam
ruang ujian, kami lebih banyak berbicara santai sembari sesekali tertawa. Dan
Alhamdulillah saya mendapat nilai A.
Bukan. Bukan saya bermaksud sombong, tetapi hanya untuk
memotivasi Anda. Kalau saya bisa, seharusnya Anda sekalian pun bisa.
Pasca Ujian Skripsi
Banyak yang mengira, setelah ujian skripsi segalanya
selesai. Tinggal revisi, bawa ke tukang jilid/fotokopi, urus administrasi,
daftar wisuda, lalu traktir makan teman-teman. Memang benar. Setelah Anda
dinyatakan lulus ujian skripsi, Anda sudah berhak menyandang gelar sarjana yang
selama ini Anda inginkan.
Faktanya, lulus ujian skripsi saja sebenarnya belum terlalu
cukup. Sebenarnya Anda bisa melakukan lebih jauh lagi dengan skripsi Anda.
Caranya?
Cara paling gampang adalah memodifikasi dan memperbaiki
skripsi Anda untuk kemudian dikirimkan pada media/jurnal publikasi. Cara lain,
kalau Anda memang ingin serius terjun di dunia ilmiah, lanjutkan dan kembangkan
saja penelitian/skripsi Anda untuk jenjang S2 atau S3. Dengan demikian, kelak
akan semakin banyak penelitian dan publikasi yang mudah-mudahan bisa memberi
manfaat bagi bangsa ini.
Bukan apa-apa, saya cuma ingin agar bangsa ini bisa lebih
cerdas dan arif dalam menciptakan serta mengelola pengetahuan. Sekarang mungkin
kita memang tertinggal dari bangsa lain. Akan tetapi, dengan melakukan
penelitian, membuat publikasi, dan seterusnya, bangsa ini bisa cepat bangkit
mengejar ketertinggalan.
Jadi, menyusun skripsi itu sebenarnya mudah kan?
0 komentar :
Posting Komentar